Sendawa
Waktu terus berputar
hari semakin gelap
gemericik hujan gantikan dentang waktu
sirami atap rumahku yg berdebu
Perapianku kosong
bahkan bara berubah seperti jerami
dimana sang api malas melahapnya
karena hampir tiada abu
Berandaku rapuh
tiada meja atau kursi tempat bertamu
hanya ada teh yg sudah basi
yg bisa aku suguhkan jika kau datang
Pagar bambu sudah aku ikat
tapi kau bisa menghancurkanya
walau hanya menjentikkan jarimu
pintu rumah sudah terkunci
tapi aku siaga di depannya
mungkin sebuah ketukan yg kutunggu
mungkin ... ya mungkin
Semua terserah padamu
aku hanya sebuah kekosongan
dari bilik yg kotor
kau bisa datang kapan saja
meski tanpa pintu
Hanya ada lemari butut di dalam rumahku
dg kasur lapuk dan bantal
lusuh
oh ya... di lemariku ada sebuah laci penuh cinta
meski tanpa kemewahan
semua terserah padamu
jika kau mau larut bersama tangisku
aku akan menebang bambu untuk peraduanmu
ya... peraduan cinta kita
Komentar
Posting Komentar