akal tanpa nurani

       Aku tak tahu harus mulai dari mana, yang jelas aku ingin semua orang tahu apa yang terjadi di negri kita, aku ingin semua tahu apa yang akan terjadi pada generasi indonesia yang setiap tahun hanya bangga dengan pasukan pengibar bendera pusaka tanpa bisa mengartikan hakikat kemerdekaan yang sebenarnya, bahkan negri kita terlalu membanggakan diri dengan potensi generasi yang mereka anggap sebagai masa depan bangsa tanpa tahu apa yang terjadi pada remaja usia sekolah secara menyeluruh...menyedihkan.
Banyak sekali orang pintar yang ada di negri kita, tapi aku yakin hanya beberapa orang yang bijaksana, aku tahu jutaan sarjana yang ada di indonesia tapi aku yakin hanya sedikit di antara mereka yang mau berpikir, aku yakin kalau aku tidak mengada-ada menulis kalimat ini, coba kita perhatikan, pada level usia sekolah hampir tiap hari kita di sajikan dengan berita tawuran yang tak kunjung usai, entah apa masalah mereka hingga mereka harus berperang setiap hari, menyedihkan... coba bayangkan anak SMP, SMA di metropolitan mereka berangkat sekolah bukan lagi dengan buku atau alat tulis lainnya, tapi mereka berangkat dengan obeng, pisau, batu dan clurit atau rantai bergerigi, padahal sudah sering di lakukan langkah tegas oleh pemerintah, sekolah yang sering melakukan tawuran di-merger dan sanksi beratpun di berikan, tapi anehnya tawuran tak pernah berhenti, apakah generasi kita yang mungkin sudah tidak mau berpikir atau memang mereka memang sudah tidak punya nurani.
       Sekarang kita beralih kepada kehidupan masyarakat kita yang sudah sangat memprihatinkan, masyarakat negri kita sudah dilanda krisis kepercayaan, bahkan hampir semua lapisan menganggap hukum di negara kita sudah ompong padahal negara kita adalah negara hukum, bahkan kalau kita perhatikan rakyat negri kita sudah mendaulat diri mereka sebagai wakil keadilan, dan mereka membuat cara sendiri untuk menghukum seseorang yang mereka anggap bersalah, maka di sikatlah para pencuri, perampok, penjambret dan di hukumlah penjahat itu dengan cara mereka sendiri, di hukumlah penjahat itu dengan hukum buatan mereka sendiri, dan yang paling menyedihkan hal ini di jadikan sebagai tren pelampiasan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun masyarakat kita, entah siapa yang menciptakan yang pasti mereka berdalih  ini adalah hukuman massa,dan para penjahat yang sering mendapat hukuman dari massa ini cenderung penjahat kacangan yang ketahuan mencuri sandal jepit atau sepotong makanan, bahkan pencuri buah-buahan yang hampir membusuk, mungkin hukuman massa itu timbul karena mereka hanya menjadi subjek pelampiasan emosi yang sudah lama tertimbun di benak rakyat negri kita, tapi mengapa harus penjahat kelas teri saja yang harus di massa atau mungkin kelas kakap nya sudah mendapat perlindungan dari aparat atau mungkin dari rakyat itu sendiri,.....ironis.
       Berbagai situasi memprihatinkan di negri kita ini, harusnya sudah tidak di anggap sekedar dinamika sosial  yang lumrah terjadi pada masyarakat kita yang sedang mengalami transisi, tapi ada sebuah persoalan dasar dengan akar perasaan serta emosi yang menghimpit seluruh lapisan masyarakat yang sampai saat ini masih kencang berteriak membutuhkan jalan keluar, anggaplah itu sebagai bunyi alarm yang sangat kencang sebagai peringatan tentang masalah emosional yang terjadi pada rakyat di negri kita sebagai tanda alarm minta tolong, supaya kita tidak di anggap sebagai masyarakat yang berakal tapi tanpa nurani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejuta puisi

Cokek di rumah kawin

Preman selebritis dari tahun ke tahun