Ganggang nista II





 
Terminal


Pagi itu hiruk pikuk di terminal Blok B terjadi seperti biasanya, tampak para penghuni terminal beraktivitas dengan kesibukannya masing-masing, di sebuah warung kopi nampak duduk seseorang yang sudah kita kenal dengan panggilan bangli atau gojali, dia adalah pengangguran yg kadang nyerep jadi supir angkot dan terkadang tanpa malu diapun menjadi tukang parkir dan sekaligus preman yg di segani di terminal Blok B ini, gojali menghirup kopi dengan nikmatnya sambil mengobrol tak jelas dengan beberapa kawannya, kadang terdengar tawa dari senda mereka entah apa yg di bicarakannya, kala mereka tengah asik bersenda tiba-tiba gojali di kejutkan oleh teriakan seorang pemilik warung sebelah tempat mereka mengobrol karena dagangannya di acak-acak oleh petugas kam-tib yang mengusirnya agar pindah berdagang dan keluar dari terminal itu dengan alasan kebersihan, gojali dan kawan-kawannya bangkit dari tempat duduk mereka, dengan gagahnya gojali melenggang menghampiri orang yg berteriak tadi, nampak kerumunan petugas kam-tib tengah mengacak-acak dagangan warung tersebut, sementara pemilik warung mencoba mencegah apa yg di lakukan oleh petugas kam-tib itu, seorang anggota kam-tib gusar melihat pemilik warung yg enggan menuruti perintah pejabat setempat agar pindah lokasi untuk berjualan, petugas itu dengan arogannya mencengkram kerah leher pemilik warung dan berencana akan memukulnya, tapi tiba-tiba dengan sigapnya gojali menggenggam tangan petugas kam-tib itu dan mendorongnya hingga petugas itu terjerembab kearah teman-temannya, dengan di bantu teman-temannya petugas tadi berdiri dan berkacak pinggang menghadap gojali, dg arogannya petugas itu marah-marah pada gojali yg telah membuatnya terjatuh tadi, tapi gojali santai saja menyikapi makian petugas itu dan tidak mengacuhkannya, gojali tersenyum dan mengatakan agar mereka jangan terlalu kasar pada pemilik warung itu, petugas yg berkacak pinggang tadi mengendur kepalan tangannya saat beberapa rekannya berbisik dan mengajak agar mereka meninggalkan tempat itu karena mereka tahu sedang berurusan dengan gojali preman yg baik hati dan di segani itu, mengetahui hal itu tanpa basa-basi semua petugas bergegas meninggalkan gojali dan pemilik warung itu, gojali tersenyum mengingat dia berada di pihak yg menang, dan rekan-rekannya menolong pemilik warung itu dan membereskan dagangannya, setelah basa-basi gojali dan kawan-kawannya kembali ke tempat duduk semula dan melanjutkan senda gurau mereka seperti tidak ada kejadian apa-apa.

Sementara para petugas kam-tib pulang dengan menggerutu karena gagal menjalankan perintah untuk membersihkan seluruh pedagang di dalam terminal itu, ada juga diantara petugas itu yg dengan semangat menceritakan kegagahan gojali saat menjatuhkan setiap preman yg berkelahi dengannya, tak lama kemudian sampailah mobil petugas kam-tib itu di sebuah kantor yg ternyata kantor mereka, pengemudi mobil menghentikan mobil dan parkir, seluruh petugas berhambur keluar dari mobil dan bergegas masuk ke ruangan dimana komandannya berada, kemudian salah seorang diantara mereka melaporkan kejadian tadi pada komandannya, mereka pun melaporkan bahwa mereka telah gagal menjalankan tugas, tentu saja komandannya marah-marah dan mengatakan bahwa mereka tidak becus kerja, setelah puas memaki komandan itu menanyakan pada anak buahnya siapa yang telah mengganggu tugas mereka dan berani menggagalkan misi mereka, dengan spontan para anak buahnya menjawab serentak bahwa yg ikut campur pada urusan mereka adalah gojali preman yg biasa di panggil bangli, mendengar nama itu komandan kamtib itu hanya manggut-manggut dan mengepalkan tangannya karena emosi, tentu saja dia tahu siapa gojali preman yg dari kecil sudah tinggal di terminal.

Malam itu sekitar jam 12 malam, seperti biasa gojali dan teman-temannya nongkrong di sebuah warung dalam terminal tempat biasa mereka menghabiskan waktu, dengan di temani beberapa botol minuman dan musik dangdut kesukaan mereka, gojali duduk di pojokan warung sambil menghisap rokok kesukaannya, gojali hanya tersenyum melihat polah teman-temannya yg berjoget tak beraturan sambil menukmati suguhan musik dari pemilik warung tersebut, saat gojali tengah asik dengan minumannya tiba-tiba dia di kejutkan oleh teriakan seorang wanita yg terdengar samar-samar, tapi sangat jelas di telinga gojali bahwa wanita itu berteriak meminta tolong, gojali bangun dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri tempat datangnya teriakan itu, samar-samar gojali melihat dua orang lelaki yg ternyata masih orang yang di kenalnya, kedua orang itu menyeret seorang wanita muda dan berencana hendak menggagahinya, wanita muda itu masih memakai seragam sekolah, dia berteriak sambil berontak berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan kedua preman itu yg berusaha untuk berbuat tidak senonoh pada dirinya, gojali menepuk bahu preman itu dan kedua preman menoleh kearah orang yg menepuk bahunya, serentak mereka melepaskan pegangan pada tangan gadis itu lalu mereka berdiri berhadapan dengan gojali, lalu gojali berkata pada mereka agar mereka tidak mengganggu gadis itu, gojali mencium bau alkohol dari mulut kedua orang itu, dan memang mereka sebelumnya menenggak minuman yg sama bersama gojali di warung tadi, kedua orang itu mencoba bernegosiasi dengan gojali agar gojali atau bangli tidak mengganggu hasrat mereka karena mereka sedang di puncak birahi dan tidak punya uang untuk menyalurkannya, tapi gojali tetap kukuh pada pendiriannya dan tetap mengatakan agar mereka jangan mengganggu gadis itu, kedua orang itu hanya terdiam mendengar penuturan bangli, untuk melawan bangli mereka tidak akan mungkin karena mereka tahu siapa gojali meski mereka sama-sama preman, gojali tersenyum melihat kedua preman itu hanya terdiam, gojali tahu apa yg ada di benak kedua orang itu lalu gojali merogoh koceknya dan mengeluarkan dua lembar kucel uang gocapan dan menyerahkannya pada orang itu sambil mengatakan pada mereka untuk mencari hiburan di tempat lokalisasi biasa tempat mereka dan gojali juga berkata sambil berkelakar pada mereka kalau uangnya tidak cukup agar mereka bergantian saja, tentu saja kedua preman itu tertawa sambil berlalu mendengar kelakar bangli itu, tak lupa merekapun berterima kasih sebelum pergi sambil memukul dada gojali dengan perlahan tanda keakraban mereka, kemudian setelah kedua preman itu berlalu gojali mengulurkan tangan pada gadis itu berniat membantunya untuk berdiri tapi gadis itu mengacuhkan uluran tangan gojali atau mungkin karena dia takut, bangli pun tidak memaksa lalu pergi meninggalkan gadis itu dan kembali pada tempat semula dimana dia dan teman-temannya berkumpul, gadis itu hanya termangu melihat kepergian orang yg telah menolongnya yg bahkan dia belum sempat mengucapkan terima kasih.

Gadis itu kemudian berdiri dan berjalan menghampiri warung yg ramai oleh kerumunan penghuni terminal yg tengah asik menikmati malam, gadis itu celingukan berusaha mengenali orang yg telah menolongnya, kemudian matanya tertuju pada sebuah meja di sudut warung dimana sesosok pemuda tengah duduk sambil menikmati minuman dan rokok kesukaannya, gadis itu menghampiri meja dimana bangli duduk, lalu gadis itu berdiri di hadapan gojali dia hanya mematung tanpa berani berkata, kemudian gojali mengarahkan pandangannya pada wajah gadis itu, gadis itu tertunduk dan dengan perlahan mengatakan terima kasih pada gojali atas pertolongannya, bangli menyuruhnya duduk lalu gadis itu menuruti permintaan gojali dan duduk di kursi satu meja berhadapan dengan gojali, kemudian gojali memanggil ibu pemilik warung agar membuatkan minuman untuk gadis itu, tak lama kemudian ibu warung datang sambil membawakan minuman permintaan bangli dan meletakannya di hadapan gadis itu, kemudian gojali berkata pada pemilik warung itu agar menghentikan musik yg tengah dinikmati oleh teman-temannya, ibu warung itu bergegas pergi dari hadapan gojali dan mematikan musik atas perintah gojali, tentu saja hal itu mengundang teriakan para preman penikmat musik itu dan beberapa diantaranya mengahampiri ibu warung itu dan bertanya mengapa musiknya di matikan, ibu warung itu menjawab sambil tersenyum dan mengatakan bahwa seseorang telah menyuruhnya mematikan musiknya dan ibu warung itu menunjuk ke arah meja dimana gojali duduk, kemudia orang-orang itu berjalan menuju meja dimana gojali duduk, tentu saja semua hanya diam saat di hadapan gojali, sebelum mereka sempat bertanya gojali sudah lebih dulu berkata agar mereka mengajak semua kawan-kawannya agar pindah ke warung lain yg tempatnya tidak jauh dari lokasi itu dan meneruskan pestanya, tentu saja orang-orang itu tidak ada yg membantah perintah gojali dan ada beberapa diantara mereka yg berteriak meledek bangli bahwa warung tutup karena gojali hendak berpacaran, gojali hanya senyum mendengah celoteh teman-temannya, warungpun mendadak menjadi sepi sepi setelah kepergian teman-temannya.

Setelah teman-temannya pergi gojali mulai membuka perbincangan dengan gadis itu, merekapun mengobrol alakadarnya dan merekapun akhirnya mengenal nama masing-masing, nama gadis itu desi, lalu gojali menanyakan penyebab mengapa seorang remaja berseragam sekolah secantik desi sampai terdampar di terminal itu, lalu dengan antusias desi menceritakan penyebab terdamparnya dia di terminal itu, desi menceritakan bahwa dia habis berkunjung pada sahabat lamanya bekas teman sekolah saat smp dulu, dan desi menceritakan saat turun dari bus dia telah kehilangan tas yg berisi segala macam kebutuhan perjalanan termasuk kehilangan ongkos dan alat komunikasi, mendengan hal itu gojali hanya mengangguk-angguk, rupanya desi telah kecopetan sehingga dia terdampar di terminal itu, kemudian gojali berkata agar desi tidur saja di warung itu dan gojali berjanji akan mengantarnya pulang besok pagi, kemudian gojali memanggil ibu warung agar memberika tempat untuk desi menginap malam ini, ibu pemilik warung mengiyakan tanpa berani membantah, kemudian ibu warung bergegas menyiapkan tempat untuk desi tidur, kemudian gojali menyilahkan desi masuk kamar yg telah di siapkan ibu pemilik warung itu, lalu gojali meninggalkan warung dan kembali menemui kawan-kawannya, sepeninggal gojali ibu warung yg masih belum tidur dengan antusias menceritakan siapa gojali, dia menceritakan bahwa sebenarnya gojali itu orang yg baik hati, hanya saja lingkungan yg membentuk dia menjadi preman terminal, desi hanya diam mendengar cerita ibu warung itu, sempat juga desi tersenyum sendiri membayangkan ketampanan gojali yg menjadi penolongnya itu.

Gojali menghampiri teman-temannya dan ikut larut kembali dalam senda antar preman dengan berbagai macam karakter, sambil menikmati minuman, sesekali gojali menoleh kekiri dan kenanan mungkin ada seseorang yg di carinya, benar saja ketika seseorang datang menyeruak kerumunan gojali sontak memanggil orang tersebut, orang tersebut yg di pangggil jarot oleh gojali segera menghampiri tanpa ragu, rupanya mereka berkawan sangat akrab, merekapun berbincang menanyakan kabar masing-masing, jarot adalah raja copet di terminal itu, setiap pencopet akan menyerahkan hasil kerjanya pada jarot sebagai bentuk perlindungan, kemudian tanpa sungkan gojali menanyakan hasil setoran hari ini, tanpa sungkan jarotpun menceritakan tentan kondisi hasil setoran mencopet anak buahnya pada gojali, kemudian gojali menceritakan tentang kondisi seseorang yg tasnya telah di copet di terminal itu, gojali juga menceritankan kondisi desi yg sekarang sudah dikenalnya dan menginap di warung biasa mereka mangkal dan tanpa segan gojali meminta pada jarot agar jarot mengembalikan tas milik desi jika anak buah jarot mengambilnya, jarot hanya manggut manggut karena tas desi yg di ceritakan gojali sama sekali tidak di setorkan oleh anak buahnya, kemudian jarot mengambil hp dari sakunya dan menghubungi ketiga anak buahnya, tak lama setelah jarot menelpon ketiga anak buah jarot sudah berdiri di hadapan gojali dan jarot, tanpa sungkan anak buah jarot menuang minuman yg ada di meja dan mencomot makanan ringan sambil menanyakan ada apa si bos jarot memanggil mereka untuk berkumpul, tapi bukan jawaban yg di dapat ketiga anak buahnya yg terdengan malah suara keras dari gebrakan meja yg dilakukan oleh jarot yg marah pada anak buahnya, karena anak buahnya tidak menyetorkan tas yg di ceritakan gojali, sontak ketiga anak buahnya berdiri ketakutan merekapun berdiri berbaris dengan teratur, ketiganya menunduk saat jarot menanyakan siapa diantara mereka yg telah mencuri tas milik desi, ketiga anak buahnya hanya menggeleng tak satupun diantara mereka yg mau mengaku, jarot menghampiri mereka satu persatu lalu tanpa ba-bi-bu jarotpun menampar wajah mereka dengan kerasnya, jarot tidak percaya atas pengakuan mereka, karena jarot yakin hanya mereka bertiga yg bekerja mencopet di terminal itu, lalu saat jarot hendak menjatuhkan bogem mentahnya tiba-tiba gojali menahan tangan jarot dan gojali mengatakan mungkin saja memang mereka tidak melakukannya, tiba-tiba seorang diantara ketiga kawanan pencopet itu berkata seperti baru tersadar, dia mengatakan bahwa dia ingat telah mencopet tas milik seorang wanita muda tapi dia urung menyetorkannya pada jarot karena tas itu telah di rampas paksa oleh seseorang yg mengaku preman di terminal blok c, dan diapun menjelaskan kalau tidak salah nama perampasnya itu adalah jaung preman blok C, jarot menanyakan tahu dari mana mereka bahwa nama orang itu jaung, kemudian anak buah jarot mengatakan bahwa dia mndengar nama itu saat salah seorang dari perampas itu menyebut nama abang jaung saat itu, tentu saja jarot mengenal nama jaung, dia adalah kepala preman di terminal blok C, dan merekapun rupanya sudah saling mengenal dan sudah pula terjadi bentrok diantara mereka sesama preman, jaung mengepalkan tangannya tanda emosi, tiba-tiba gojali menghampiri jarot dan memeluk pundaknya sambil mengatakan pada jarot agar menyudahi pembicaraan mereka, karena mereka sudah tahu siapa biang keladinya, tapi jarot berdalih bahwa jaung sudah menginjak wilayah kekuasaannya yg tentu saja hal ini sangat tabu dilakukan antar preman, kemudian gojali mengatakan agar masalah itu diurus nanti setelah dia kembali dari mengantar desi kerumahnya.

Sang bulan berlalu kala mentari menjemput pagi, gojali terbangun dati tidurnya, lalu gojali mengucek mata dan mencuci muka alakadarnya, kemudian dia bergegas kembali ke warung dimana desi menginap, gojali ingin menepati janjinya untuk mengantar desi pulang kerumahnya, gojali langsung duduk kala tiba di warung tersebut, nampak ibu warung sudah bangun dan sedang mengelap kaca dan membersihkan warungnya, gojali berkata agar ibu warung itu membangunkan desi untuk diantarnya pulang, lalu ibu warung itu berjalan menghampiri desi yg masih terlelap, tampak desi menggeliatkan badan tanda malas untuk bangun tapi melihat keadaan yg tidak memungkinkan untuk tidur lagi desi bergegas bangun menuju ember air yg tersedia di dapur warung untuk sekedar mencuci muka, desi menghampiri gojali tanpa berkata, gojali bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan mendahului desi, lalu gojali berkata pada desi agar menunjukan bus mana yg akan mereka naiki untuk pulang kerumah desi, lalu desi berkata mengenai bus yg akan mereka naiki, setelah menunggu beberapa lama datanglah bus yg di tunggu, kemudian merekapun naik dan duduk bersebelahan, setelah mereka duduk gojali memanggil tukang asongan yg berteriak menjajakan dagangannya lalu gojali mengambil 2 botol minuman dan menyerahkan satu botolnya untuk desi, tanpa permisi desi membuka botol itu lalu meminum tanpa memperdulikan gojali yg memperhatikannya, mobilpun bergerak meninggalkan terminal blok B, mereka terdiam mungkin sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan, dan dengan suara agak dipaksakan desi memulai mengajak gojali untuk mengobrol, mungkin desi merasa tidak enak hati pada penolongnya yg telah baik hati itu, desi mulai menanyakan siapa gojali sebenarnya, dan gojalipun tanpa canggung menjawab setiap pertanyaan desi, bahkan kadang di selip beberapa guyonan dari gojali yang membuat desi mulai menampakkan senyum cantiknya, gojalipun tanpa canggung menanyakan siapa desi sebenarnya, desi pun menjawab tanpa tedeng aling-aling, merekapun sudah tidak canggung lagi untuk bertatap mata, bahkan obrolan merekapun mulai mengajak bercanda bahkan kadang tanpa malu mereka mulai tertawa bersama bahkan tanpa segan desi sudah mulai berani mencubit lengan gojali tanda mereka akur dalam setiap obrolan, dalam jauhnya perjalanan membuat mereka mengantuk dan tanpa sungkan desipun berani menyandarkan kepalanya pada bahu gojali, dan merekapun tertidur dalam bis, tak berapa lama kemudian bis itu berhenti dan merekapun bergegas turun dari bis.

gojali berjalan sambil menggenggam tangan desi, kemudian gojali menanyakan pada desi masih jauhkah tujuan mereka, kemudian desi berkata untuk sampai rumahnya mereka harus naik angkot satu kali lagi, kemudian gojali menyarankan agar mereka naik taksi saja karena gojali di kejar waktu dan ada yg harus dia kerjakan, desi hanya mengangguk dan bertanya pada gojali adakah uangnya untuk membayar taksi, kemudian gojali hanya tersenyum dan berkata agar desi tenang saja, merekapun menyetop taksi dan bergegas menaikinya, setelah desi menunjukan alamatnya pada si supir taksi tersebut melaju menuju tujuan, dalam taksi mereka berpandangan dan ada binar aneh pada mata mereka, saat mereka tengah asik berpandangan mereka di kejutkan oleh kalimat supir taksi bahwa mereka sudah sampai tujuan, gojali segera menyilahkan gojali untuk turun dan mengatakan bahwa dia akan langsung pulang ke terminal B karena ada pekerjaan yang belum beres, tapi desi tak mau turun jika gojali tak mau mampir kerumahnya, dengan berat hati gojalipun turun dari taksi dan membayar lalu mengikuti langkah desi dari belakang, desi mengapit tangan gojali dan memijit tombol rumahnya, dari dalam tanpak pembantu berlari bergegas membuka pagar rumahnya sambil berbasa-basi pada desi tentang ketidak pulangan desi, desi hanya tersenyum pada pembantu itu dan mengatakan kalau desi hanya mampir kerumah teman, desi masuk rumah dan menyilahkan gojali untuk duduk, setelah gojali duduk desi berteriak memanggil ibunya, nampak dari arah dapur berlari seorang ibu setengah baya dan berhambur memeluk desi, sambil menangis dan berkata dia sangat mengkhawatirkan keadaan desi, kemudian desi mengajak ibunya duduk di ruang tamu persis di hadapan gojali, kemudian desi menjelaskan kepada ibunya kenapa dia sampai tidak pulang malam itu, lalu desipun dengan bersemangat menceritakan kehebatan gojali saat menolongnya, sambil berkata sesekali desi melirik ke arah gojali, gojali hanya tersenyum kala desi menunjukan pada ibunya bahwa orang yg telah menolongnya itu ada di hadapan ibunya, tentu saja ibunya langsung mengalihkan pandangannya pada gojali dan langsung mengatakan tentang terima kasih yg sedalam-dalam nya, lalu ibu desi berpamitan hendak ke dapur mengambil minuman, gojali hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kata sepatahpun, tak berapa lama kemudian ibu desi kembali sambil membawa minuman sebagai suguhan untuk tamunya, kemudian merekapun mengobrol alakadarnya, setelah sekian lama mereka mengobrol gojali mengatakan bahwa dia hendak pamit pulang, tapi seperti baru tersadar ibu desi berkata agar gojali menunggunya sebentar untuk menunggu ayah desi dibangunkan untuk sekedar berterima kasih, kemudian ibu desi bergegas kekamarnya dan membangunkan ayah desi yg tengah tidur siang, kemudian ibu desi menceritakan kepulangan desi pada suaminya dan dia juga menceritakan tentang penolong desi, lalu ayah desi bangun dari tidurnya dan merapikan diri di depan kaca alakadarnya, merekapun berjalan beriringan menuju ruang tamu, setelah mereka berhadapan gojali mengulurkan tangan pada ayah desi tapi ayah desi tak menghiraukannya, dengan angkuhnya ayah desi berlalu dari hadapan gojali dan kembali kekamarnya, tak lama kemudian ayah desi kembali ke hadapan gojali dan menjatuhkan sejumlah uang di hadapan gojali dan dengan angkuhnya dia berkata agar gojali mengambil uang tersebut dan jangan pernah mencoba menghubungi desi lagi, dan ayah desi juga mengatakan bahwa itu adalah uang terima kasih atas pertolongan yg di lakukan gojali pada desi, rupanya mereka sudah saling mengenal .. ayah desi adalah komandan kam-tib yg selama ini selalu berselisih paham dengan gojali yg preman terminal itu, tentu saja gojali menyadari hal itu, dan dia hanya tersenyum melihat perlakuan ayah desi dan tanpa kata gojali berpaling dari hadapan tuan rumah itu, tapi ayah desi seperti tidak menerima perlakuan gojali, lalu ayah desi mengambil uang yg tergeletak diatas meja dan berlari mengejar gojali dan memaksa gojali agar menerima uang itu, karena ayah gojali tidak mau mereka berutang budi pada gojali, tapi gojali tetap menolaknya, mungkin karena selisih paham yg selama ini sudah sering terjadi diantara mereka keangkuhan ayah desi meledak, dia mulai mencaci gojali yg dia pikir angkuh karena tidak mau menerima uang dari ayah desi, hal ini tentu saj membuat gojali naik pitam kemudian gojali berkata bahwa sebenarnya ayah desilah yg angkuh karena menganggap segala sesuatu bisa dinilai dengan uang, mendengar kalimat gojali ayah desi desi hanya terdiam dan bengong melihat gojali berlalu dari hadapannya.

Saat gojali menghilang dari pandangan pak marmo atau ayah desi kembali masuk rumahnya, lalu sekilas pak marmo melihat desi berlari ke kamarnya sambil berteriak kalau ayahnya kejam karena tidak tahu berterima kasih, kemudian ayah dan ibu desi menyusul kekamar desi yg mendapati desi sedang menangis sambil mendekap bantal, berkali-kali desi mengatakan bahwa ayahnya orang yg tidak tahu membalas budi, kemudian ayah desi menjelaskan siap gojali sebenarnya dan mengatakan bahwa desi tidak cocok bergaul dengan gojali karena desi tidak tahu siapa gojali sebenarnya, kemudian desi berdalih bahwa siapapun dia pada dasarnya gojali adalah orang yg telah menyelamatkan hidupnya, tapi pak marmo bersikeras bahwa desi tidak boleh bergaul dengan gojali karena gojali adalah preman terminal.

Menjelang sore bangli atau gojali sampai di terminal blok B lalu bangli langsung menuju warung tempat dimana dia biasa bersantai sambil menikmati minuman kesukaannya, belum habis satu batang rokok tiba-tiba  salah satu anak buah jarot datang sambil terengah-engah dan berdiri di hadapan gojali dan berkata bahwa jarot telah meninggal karena kalah di keroyok oleh anak buahnya jaung saat berkelahi di terminal blok C, mendengar hal itu gojali diam dan mengepalkan tangannya tandsa emosi, lalu gojali menanyakan sama siapa jarot ke terminal blok C, lalu anak buah jarot mengatakan bahwa jarot menyerbu ke terminal blok C itu sendirian tanpa di temani siapapun dan anak buahnya jarot mengatakan bahwa dia sudah memperingatinya agar penyerbuan itu di lakukan nanti saja menunggu bangli pulang, tapi jarot rupanya enggan mendengarkan nasehat anak buahnya, kemudian anak buah jarot mengatakan bahwa sekarang mayat jarot ada di rumah sakit terdekat di kawasan itu, kemudian bangli bangkit dari tempat duduknya dan mengajak mereka untuk mengantarnya melihat mayat jarot, setiba di rumah sakit mereka bergegas menuju ruang kamar mayat, setelah basa-basi sebentar mereka akhirnya diijinkan untuk melihat mayat jarot, setelah petugas kamar mayat  menunjukan mayat jarot petugas itupun segera pergi keluar ruangan menunggalkan bangli dan anak buah jarot, anak buah jarot menangis melihat jasad bosnya tapi bangli mencoba membuat mereka tenang, kemudian gojali berkata pada mereka bahwa masalah ini harus segera di selesaikan artinya gojali mengajak anak buah jarot untuk membalas dendam, kemudian anak buah jarot mengangguk sambil mengepalkan tangannya tanda emosi dan dendam yg membara pada jaung dan anak buahnya, tentu saja anak buah jarot mengiyakan mengingat mereka bukan hanya pencopet tapi juga mereka sudah terbiasa dengan kehidupan yang keras, lalu anak buah jarot menanyakan kapan mereka akan membalas dendam dan gojali hanya mengatakan bahwa mereka harus menunggu waktu yg tepat.

Pagi itu bangli masih tertidur di warung biasa tempat ia nongkrong di dalam terminal, tiba-tiba dia di bangunkan oleh si ibu warung dan mengabarkan bahwa ada seorang gadis cantik yang mencarinya, gojali hanya terdiam sesaat sambil seakan-akan berpikir, siapakah orang yang mencarinya, karena bangli merasa tidak punya pacar atau teman wanita yang akrab dengannya, tapi seperti baru tersadar saat dia mengingat desi yg beberapa waktu lalu di antarnya pulang, dan tentu saja harapan gojali adalah desi yang mencarinya, mengingat hal itu gojali bergegas bangun dari tidurnya, masih sempat gojali mencari air untuk sekedar cuci muka dan tak lupa gojali juga merapikan rambutnya yang acak-acakan sambil bercermin, gojali menghampiri sudut warung dimana seseorang tengah duduk sambil menunggunya, dugaan dan harapan gojali menjadi kenyataan karena yang mencarinya memang desi adanya.

Sekali lagi gojali merapikan rambutnya manakala dia tahu bahwa desi yg tengah menunggunya, sambil berjalan perlahan gojali menghampiri meja tempat desi duduk dan tanpa canggung gojali duduk di hadapan desi, belum sempat gojali bertanya maksud dan kedatangan desi, desi sudah lebih dulu memegang tangan gojali sambil melemparkan tatapan matanya yang penuh arti pada gojali, tampak sekali mata desi yang sembab karena habis menangis karena kejadian kemarin saat gojali bertemu ayahnya, dengan suara serak desi memohon maaf pada gojali karena perlakuan ayahnya waktu itu, gojali menggenggam tangan desi dan gojali menentramkan hati desi dengan mengatakan bahwa gojali tidak bermasalah dengan apa yang telah di lakukan ayah desi kemarin, bahkan gojali juga mengatakan bahwa dia telah melupakan masalah itu, mendengar kalimat gojali yang lugas dengan arti memaafkan perlakuan ayahnya kemarin desi langsung berhambur kearah gojali dan memeluknya sambil mengucapkan terima kasih, mendapat pelukan yang tiba-tiba dari desi tentu saja gojali gelagapan karena memang bangli tidak pernah mendapat perlakuan romantis dari seorang wanita, gojali tidak melepas pelukan desi, bahkan gojalipun melingkarkan tangannya pada punggung desi, sambil memeluk gojali membisikan sesuatu ketelinga desi bahwa saat itu mereka menjadi tontonan banyak orang, seperti tersadar desi melihat sekeliling dan benar saja banyak pasang mata yang memperhatikannya, desi tersenyum dan melepaskan pelukannya dari gojali kemudian mereka duduk bersebelahan, gojali memesan minuman dan rokok kesukaannya pada ibu warung, setelah pesanan datang mereka mengobrol dengan santainya bahkan sering terdengar canda yang di iringi tawa renyah dari mereka seperti tengah di mabuk cinta, sesekali desi melempar senyum manisnya pada gojali, dan merekapun sudah seperti sepasang kekasih yg tanpa sungkan memadu asmara yang tengah berkobar di hati mereka.

Sudah hampir dua jam mereka bercengkrama, mungkin mereka sudah tidak menyadari bahwa waktu begitu cepat berlalu, kala mereka tengah asik bersenda tiba-tiba seseorang yang sudah sangat kenal dengan bangli datang menemui mereka dan mengatakan bahwa bangli di tunggu kawan-kawan di gerbang terminal, tentu saja gojali tahu maksudnya bahwa mereka akan membicarakan masalah penyerangan ke terminal blok C, gojali mengangguk dan menyilahkan orang itu untuk pergi duluan dan gojali akan menyusulnya kemudian, selepas orang itu pergi gojali berkata pada desi agar desi segera pulang karena ada sesuatu yang harus di selesaikannya, tapi desi enggan beranjak dari duduknya lalu memandang gojali dan bertanya apa yang akan di lakukan gojali dan kawan-kawannya, tapi gojali enggan bercerita dia hanya mengatakan bahwa ada beberapa hal yang wanita tidak perlu tahu, setelah gojali mengatakan hal itu desi hanya diam lalu desi memeluk dan kali ini berani mencium gojali, setelah itu desi menyilahkan gojali untuk menemui teman-temannya desi berkilah bahwa dia hendak langsung pulang dan menunggu bus setelah gojali pergi, lalu gojali pun berlalu dari hadapan desi.

Setelah kepergian gojali ternyata desi tidak langsung pulang tapi desi malah menemui ibu warung dan menanyakan pada ibu warung apa sebenarnya yang akan di lakukan bangli dan teman-temannya, mendapat pertanyaan dari desi ibu warung tidak langsung bercerita tapi langsung mengajak desi duduk, setelah mereka duduk kemudian ibu warung itu menceritakan duduk persoalan yang terjadi, dari semenjak kejadian kedatangan desi di terminal itu dan kematian jarot yang mencoba merebut kembali tas milik desi dan rencana balas dendam karena tas milik desi yang telah di rampas preman terminal blok C, desi terperanjat mendengar cerita ibu warung itu, ternyata gara-gara tas miliknya yang hilang dua kubu preman berperang hanya karena memperebutkannya, bahkan sudah sampai hilang nyawa segala, seperti baru tersadar desi kemudian berlari meninggalkan ibu warung dan rupanya desi menuju gerbang terminal dimana bangli dan kawan-kawannya berkumpul.

Gojali duduk diantara kawan-kawannya dalam sebuah warung depan gerbang terminal, sambil sesekali meniupkan asap rokok yang di hisapnya, kadang mereka bergantian menenggak minuman dalam gelas yang sama, mereka pun berbicara serius mengenai rencana penyerangan itu, bahkan semua mereka bahas, baik mengenai jumlah orang maupun rencana pelarian mereka jika polisi turut campur, sesekali gojali menengok kekiri dan kekanan sambil menatap satu-satu teman-temannya, rupanya gojali hanya ingin meyakinkan, orang yang mendapat tatapan gojali hanya diam sambil menganggukan kepalanya menandakan bahwa dia siap dengan segala konsekwensinya, gojalipun tersenyum sambil berhitung kekuatan mereka, ya rupanya gojali melakukan penyerangan itu harus dengan segala kemampuannya mengingat mereka hanya berjumlah sekitar lima belas orang, saat mereka tengah asik dengan rencananya tiba-tiba ada keributan di luar warung, rupanya teman gojali tengah mencegah seorang wanita yang ternyata desi tengah berusaha memaksa masuk ke warung itu, desi berteriak sambil meronta, tepi teman gojali tidak melepaskannya, mereka baru melepaskan tatkala desi  berteriak memanggil nama bangli, gojalipun berhambur keluar warung, melihat gojali yang datang desi langsung memeluk gojali sambil menangis, gojalipun memeluk desi sambil berusaha menenangkannya, kawan-kawan gojali riuh bahkan banyak yang bersiul melihat tontonan dua sejoli yg tengah kasmaran itu, sambil tetap memeluk gojali desi menangis, dalam tangisnya desi memohon agar gojali menghentikan rencananya untuk membalas dendam, bangli berusaha membuat desi tenang dan mengatakan tidak akan terjadi apa-apa padanya, dan gojalipun berbohong sambil mengatakan tidak ada rencana balas dendam itu, tapi desi tidak percaya dan desi mengatakan bahwa dia tidak akan pulang jika gojali tetap melanjutkan rencananya, sekali lagi gojali menekankan agar sebaiknya desi pulang agar kedua orang tua desi tidak kehilangan seperti waktu itu saat desi tidak pulang, desi menatap mata gojali seakan-akan ingin sebuah keyakinanan bahwa gojali akan baik-baik saja, gojali tersenyum dan mengangguk lalu tanpa ragu gojali mencium kening desi, semakin keras saja teriakan kawan-kawan gojali melihat tontonan sejoli yg kasmaran itu, siulanpun menggema di seatero terminal, kemudian gojali melepaskan pelukan desi lalu gojali menuntun tangan desi dan menyetop bis yg akan di naiki desi, desi menaiki bis sambil tak henti menatap bangli seakan enggan berpisah, saat desi telah mendapatkan kursi gojali melambaikan tangan pada desi, tapi desi tidak membalas lambaian tangan dari gojali, desi malah bangkit dari duduknya lalu bergegas turun dari bis itu dan berlari menghampiri gojali, dan merekapun kembali berpelukan, kali ini mereka tidak hanya berpelukan tapi merekapun berciuman saling berpagut bibir, kawan-kawan gojali yang masih menyaksikan hal itu sekarang satupun tidak ada yang bersuara, bahkan mereka tidak berani mengganggu kesyahduan suasana dua insan yang tengah kasmaran itu, setelah desi dan gojali melpaskan pagutan bibirnya tanpa ragu desi mengatakan bahwa dia mencintai gojali, gojalipun mengangguk dan mengatakan bahwa diapun mencintainya, kemudian merekapun kembali berciuman, ciuman mereka terhenti kala supir bis membunyika klakson tanda bis akan segera berangkat, gojalipun bergegas menuntun tangan desi agar segara naik bus, desi menurut dan melambaikan tangan pada gojali, gojalipun membalas lambaian tangan desi, bis pun berlalu dari hadapan bangli setelah membunyikan klakson meminta jalan pada mobil lain yang menghalanginya.

Siang itu terminal blok C sangat panas, terminalpun sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan maupun pedagang asongan atau pejalan kaki yang mempunyai kepentingan di terminal itu, di sebuah warung yang agak jauh di pojokan terminal nampak jaung tengah asik bersenda dengan teman-temannya, nampak beberapa botol minuman tersedia di atas meja, jaung rupanya tengah menikmati teriknya hari dengan di temani beberapa wanita penghibur di warung tersebut, sesekali jaung mencium wanita penghibur itu di seling tawa renyah dari wanita-wanita itu, beberapa teman jaung bahkan ada yang tergeletak karena mabuk, saat mereka tengah asik tiba-tiba seorang supir angkot berlari menghampiri jaung yang sudah di kenalnya, rupanya supir angkot itu sudah sangat akrab dengan jaung, sebelum supir itu duduk jaung sudah tersenyum sambil berkata menanyakan barang yang biasa di pesannya, rupanya barang yang di maksud jaung adalah narkoba kegemaran jaung, ternyata supir itu adalah seorang penjual narkoba wilayah terminal yang sangat di kenal di terminal itu, supir itu bernama awang, awang tidak menjawab pertanyaan jaung, tapi awang malah membisikan sesuatu tentang rencana penyerangan preman blok B karena membalas dendam atas kematian jarot, mendengar kabar itu sontak jaung berdiri, dengan badan yang tinggi besar jaung berteriak membangunkan teman-temannya yang tengah tertidur, setelah kawan-kawannya bangun, kemudian jaung berteriak bahwa kubu mereka akan di serang oleh kelompok preman terminal blok B, riuh teman jaung menanggapi berita itu, mereka bersemangat menghadapi kelompok jarot yang sekarang di pimpin bangli, rupanya mereka sudah memperkirakan kekuatan gojali yang hanya berjumlah sekitar lima belas orang, sangat jauh di bandingkan dengan anak buah jaung yang lebih dari dua puluh orang, lalu jaung memanggil salah satu anak buahnya dan berkata agar segera memanggil semua kawan-kawannya supaya berkumpul di warung itu sekarang juga, setelah sekitar lima belas menit menunggu akhirnya sekitar dua puluh orang anak buah jaung datang bergerombol menghampiri warung itu, ada beberapa diantara mereka yang hanya berkelompok di luar warung karena tidak cukup tempat di warung itu.

Saat jaung dan kawan-kawannya berkumpul tiba-tiba terdengar teriakan orang-orang yang berlarian kocar-kacir, jaung dan kawan-kawannya segera berhambur keluar warung, alangkah terkejutnya jaung dan kelompoknya melihat kedatangan kelompok bangli yang tengah berjalan ke arah mereka, jaung tidak mengira jika bangli akan datang secepat itu di luar perkiraan mereka, bangli datang dengan sekitar lima belas orang di lengkapi dengan segala peralatan berkelahi, parang, clurit, dan lain-lain, hanya bangli saja yang datang melenggang dengan gagahnya, jaung berdiri dengan badannya yang tinggi besar menatap yakin kearah bangli, sementara anak buah jaung berdiri di belakang jaung menanti apa yang akan terjadi,  teman-teman bangli berlari dengan penuh napsu mengejar jaung, ada dua orang kawan bangli yang langsung menyerang jaung, tentu saja jaung bukan anak kemarin sore yang dengan mudah bisa dilumpuhkan begitu saja, dengan sigap jaung menyambut kedatangan serangan salah seorang kelopok bangli, mudah saja orang itu di lumpuhkan oleh jaung, semakin bersemangat saja anak buah jaung melihat hal itu, bangli terhenyak melihat dua rekannya terjerembab jatuh terkapar dengan bibir berdarah akibat bogem jaung, bangli berbisik pada teman-temannya agar jangan mengusik jaung, bangli juga mengatakan agar teman-temannya langsung menyerang anak buah jaung yang berdiri di belakangnya dan urusan jaung biarkan bangli yang menyelesaikannya, mendengar hal itu kontan teman-teman bangli langsung berlari mengitari orang-orang yang berdiri di belakang jaung, pertempuranpun tidak bisa di hindari, sementara jaung berhadapan dengan bangli, agak gentar sebetulnya jaung berhadapan dengan bangli, jaung banyak mendengar kehebatan bangli soal berkelahi.


                       


Sudah hampir lima belas menit mereka berkelahi, banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak, sementara bangli dan jaung masih sengit melakukan perkelahian dengan bogem masing-masing yang mereka miliki, jaung mulai terdesak bahkan kali ini jaung sudah jatuh terkapar dengan bibir berdarah-darah akibat bogem gojali, tiba-tiba bangli terhenyak melihat temannya jauh terkapar dengan belati masih menancap di perutnya, melihat situasi menguntungkan jaung berlari menyelinap kewarung tempat biasa dia mangkal, melihat hal itu bangli tidak membiarkannya, bangli berlari mengejar jaung masuk ke dalam warung, bangli masuk ke tiap kamar warung tapi jaung tidak di temukan, tiba-tiba tatap mata bangli jatuh pada tas indah seperti yang di ceritakan desi, bangli berpikir dan yakin kalau tas itu milik desi, lalu bangli mengambil tas itu kemudian dia teringat temannya yang tertusuk tadi dan bangli sudah tidak memperdulikan dimana jaung bersembunyi, bangli menghampiri kawannya yang tertusuk tadi kemudian duduk disampingnya sambil memegang belati yang masih tertancap di perutnya, tiba-tiba teriakan jangan bergerak terdengar di belakang bangli, rupanya saat perkelahian terjadi ada beberapa penghuni terminal yang menelpon polisi dan kamtib, seluruh orang-orang yang tengah berkelahi itu tidak menyadari kedatangan para aparat itu, aparat itu bertindak cepat memborgol orang yg di tangkapnya, polisi juga menelpon ambulan agar menyelamatkan beberapa orang yang terluka parah akibat perkelahian itu, bangli diam saja melihat gelagat yang tidak menguntungkan itu, rupanya bangli tengah berpikir bagaimana caranya meloloskan diri, saat bangli tengah berdiri sambil mengangkat tangannya dia berpandangan dengan kawannya kemudian bangli mengedipkan matanya, tentu saja kawannya mengerti apa yang di maksud bangli, lalu kawan bangli itu mengamuk mencoba mengalihkan perhatian petugas ada sekitar enam orang petugas yang yang mencoba menahan amukan kawan bangli, saat yang bersamaan perhatian petugas terhadap bangli tentu saja berkurang, dengan sigap bangli melarikan diri dari kepungan petugas dengan mudahnya, menyadari hal itu petugas merasa tertipu dan langsung mengalihkan perhatiannya bang bangli, mereka serentak mengejar bangli, tapi sudah tentu bangli yang sangat hapal dengan jalan tikus di wilayah itu dengan mudah bisa melarikan diri.

Malam itu sekitar jam satu dini hari bangli melangkah gontai menuju menuju warung tempat biasa dia mangkal sambil sesekali matanya melirik kekiri dan kekanan, mungkin bangli menyadari kalau dirinya masih dalam pencarian petugas, merasa aman bangli langsung masuk ke warung itu dan ternyata di warung itu sudah ada beberapa kawannya juga yang selamat dari kejaran petugas, belum sempat bangli duduk kawan-kawannya sudah berhambur kearah bangli dan memeluk bangli tanda mereka merasa kehilangan bangli atau gojali, setelah gojali duduk dengan muka lesu salah seorang kawan gojali menyerahkan koran harian kota, yang menampilkan gambar gojali tengah memegang belati seakan-akan sedang menikamnya, dan dalam tulisan itu terpampang kata buronan dan pembunuh, membaca tulisan itu sontak gemeretak geraham kerana gigi beradu mengiringi kegeraman gojali karena dia merasa di fitnah oleh tulisan itu, tapi gojali masih merasa tenang kala mengingat bahwa yg tertusuk itu temannya dan bisa di jadikan sebagai orang yang akan membelanya, kemudian gojali menanyakan kabar mengenai kawannya yang tertusuk itu, tapi kawannya malah menunduk dan berkata lirih bahwa orang yg tertusuk itu telah meninggal beberapa saat sebelum sampai rumah sakit, mendengar berita itu gojali sontak berdiri artinya sekarang tidak akan ada orang yang membelanya atas pemberitaan dan foto di koran itu, gojali mondar mandir mungkin panik, lalu ada salah seorang kawan gojali yang menyarankan agar gojali menghindar dulu atau bersembunyi selama beberapa waktu, mendengar hal itu gojali mengangguk, lalu gojali menemui ibu warung dan menitipkan tas milik desi dan berkata jangan serahkan tas itu pada siapapun kecuali pada desi yang tentu saja ibu warung itu telah mengenal siapa desi, dan gojali pun mengatakan agar jika dia menanyakan keberadaan gojali katakan saja jika gojali akan menemui desi suatu saat

Gojali atau biasa di panggil bangli melenggang dengan langkah gontai entah kemana dia akan pergi bahkan gojali sendiri tidak mampu menentukannya, gojali menyusuri jalan mengikuti langkah kakinya, ya.. akhirnya gojali kembali pada kesendiriannya dan entah sampai kapan gojali terjebak dalam bias angan yang di inginkannya.

Tamat.


(ikuti kisah bangli dalam episode selanjutnya)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cokek di rumah kawin

Sejuta puisi

Preman selebritis dari tahun ke tahun