Celoteh

         Suatu hari di pagi yang sangat cerah, nampak burung- burung berterbangan di pucuk pepohonan, indah sekali pagi itu, sebuah kota nampak apik dengan hiasan- hiasan jalanan yang bersih, pepohonan yang rindang, dengan penduduk yang selalu menjaga ketertiban, sama sekali tidak nampak keangkuhan di kota itu,  panorama itu seperti tidak pernah terjamah oleh tangan- tangan jahil, semua keindahan itu seperti tercipta dengan sendirinya, alangkah damainya negri pasir pemalu.

          ya... negri pasir pemalu memang begitu indah... tapi itu dulu !!!
tahun demi tahun berganti, negri pasir pemalu pun berubah seiring dengan adanya kemajuan- kemajuan yang diiringi teknologi yang semakin canggih, semua penduduk seperti di sihir untuk mengikuti arus kemajuan yang semakin pesat, sehingga banyak penduduk yang mulai di butakan oleh keinginan- keinginan yang semakin tidak masuk akal, sudah tidak ada lagi gotong royong, sudah hilang rasa saling memiliki dan menyayangi, yang ada di benak mereka hanya ambisi dan ambisi, akhirnya negri itupun menjadi tempat sampah sisa- sisa dari perubahan peradaban.

          di tengah panasnya terik mentari tampak seekor burung yang sangat kurus terbang mengitari negri pasir pemalu, dengan sayap yang terlihat letih burung itu tetap berjuang untuk terbang tanpa berani hinggap, dengan cakar yang tidak terawat burung itu menggenggam sebuah batu kerikil yang entah untuk apa, tiba- tiba mata burung itu tertuju pada sebuah sangkar yang sangat besar, di dalam sangkar itu terlihat jelas seekor burung yang sangat gemuk dan indah, burung gemuk itu sangat cantik dengan hiasan berlian di lehernya, sementara di sebuah tempat yang seperti meja banyak sekali makanan yang sangat lezat, tentu saja hal itu mengundang selera si burung kurus yang sedang terbang itu dan dengan sisa- sisa keberaniannya burung kurus itu hinggap tepat di depan si burung gemuk itu. si burung gemuk yang melihat hal itu tentu saja merasa kasihan dan langsung menyapanya..
" wahai saudaraku..kau terlihat sangat lelah, mampirlah mari makan bersamaku" sapa si burung gemuk, tapi burung kurus itu diam saja tidak menjawab, melihat hal itu burung gemuk melanjutkan kalimatnya.
" jangan takut saudaraku, aku tidak bermaksud jahat padamu masuklah kesini" kata si burung gemuk sambil membuka pintu sangkarnya, tanpa bicara burung kurus itu langsung masuk sambil menelan air liurnya.
" makanlah tak usah kau ragu saudaraku" kata si burung gemuk.
" bolehkah aku membawanya saja untuk aku bagikan buat keluargaku sobat" burung kurus itu akhirnya berbicara.
" untuk apa kau memikirkan keluargamu saudaraku, tinggallah disini dan kau akan senang " kata si gemuk.
" tapi keluargaku belum makan dari kemarin" jawab si burung kurus .
" sudahlah untuk apa kau pikirkan mereka, disini kau bisa bahagia dengan serba berkecukupan" kata si burung gemuk, si kurus terdiam lalu menjawab " tapi disini aku tidak bisa terbang dan berbagi dengan keluargaku seperti di hutan sana" jawab si burung kurus.
" hahahaha..coba kau pikir di hutan sanapun apa yang kau bagi bersama keluargamu, dengan kemiskinanmu kau hanya menambah penderitaan saja, sudahlah untuk apa kau pikirkan mereka" kata si burung gemuk itu.
burung kurus itupun menangis..." tapi setidaknya aku bisa membantu memanggul berat beban batu bersama keluargaku, aku bisa mengurangi keringat darah dari teman- temanku, meski aku hanya di upah makan sekali dalam sehari" kata si burung kurus sambil menangis.lalu si kurus meneruskan kata-katanya
" coba kau bayangkan aku bisa terbang bebas di angkasa bersama teman seperjuanganku, aku bisa bernyanyi meski harus berlari karena di buru" kata si kurus melanjutkan kalimatnya.
" tapi disini kau bisa makan enak, bercengkrama dengan cendekiawan dan para bangsawan, kau mau apapun pasti tersedia" kata si gemuk. sambil menangis raut muka si kurus mulai memerah karena kemarahannya akhirnya diapun berkata " tidak... kau yang harusnya ikut aku keluar dari sangkar emas ini, membantu saudaramu yang lain memanggul batu yg berat beban itu lebih berat dari berat tubuhnya, harusnya kau malu melihat saudaramu dalam kesulitan tidakkah tersentuh hatimu... saudaramu harus keluar darah hanya untuk makan....!!!" dalam kemarahannya si burung kurus itu berkata sambil terus menangis.
" hahaha... " si gemuk tertawa tanpa menghiraukan ucapan si kurus tadi, lalu si gemuk mulai menyantap makanannya sampai habis tak tersisa, sementara si kurus hanya menelan air liur saja, dan si burung kurus itu keluar sangkar yang tidak terkunci itu lalu terbang entah kemana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejuta puisi

Cokek di rumah kawin

Preman selebritis dari tahun ke tahun